Adalah suatu kenyataan di dalam kehidupan, bagaikan sinar yang tertutup awan yang gelap, bahwa hidup di dunia bagai sandiwara yang tak pernah berakhir kisahnya, manusia menjadi dalang dalam kehidupannya sendiri. Mungkin semua karena takdir yang tak pernah berakhir, kini kau pergi walau berat di hati. Seberkas sinar jingga di sela-sela mega, aku buka jendelaku dan aku pandang semuanya bagai lukisan alam. Terlihatlah wajahku di penuhi kesangsian.”Aku tak pernah tahu lingkaran kehidupan berakhirnya di mana. Sering aku bertanya, getaran dalam hati yang selalu menggangguku. Aku ingin sembunyi, ingin aku berlari dan menghindari. Malam, biarkan bintang-bintang bersinar terangi hati ini. Dengar, dengarlah suara hatiku”.
Lepas senja remang melingkar langit, tak terasa rinduku mulai bangkit. Angin malam berbisik merdu, melintas burung malam berlalu. Rumpun bambu dan di sisihnya cemara menambah indahnya suasana. Sunyinya malam kian mencekam menambah kegelisahan. Kau coba merenungi tentang jalan hidupmu dan menyimak sebuah arti kehidupan. Dalm hatiku selalu bertanya, adakah kasih suci dalam cinta? Adakah cintamu? Jauh kau dengar lagu di keheningan malam, kau coba merenungi tentang jalan hidupmu. Di ujung malam yang sepi kau terpaku merenungi kegagalan kehidupan cintamu. Kemana harus kau cari yang telah pergi? Siang dan malam tiada henti dan demuanya seakan menyiksamu. Cinta dalam hidupmu kini seakan mati entah kemana. Tuhan tunjukkanlah jalan agar semua kegagalan hidup ini biar berlalu darai kehidupannya. Dalam kegelisahan hati yang gundah, kau diam sendiri merenungi yang kini terjadi. Semua mimpi-mimpi yang pernah ada kini segalanya telah musnah di telan pekatnya malam. Kau kini bagai seorang nelayan yang kehi;langan arah dan tak tahu kemana harus melangkah. Di dalam gelap kehidupan ini seakan tiada sinar cahayamu. Kegagalan demi kegagalan kau jadikan pelajaran yang berharga dalam hidupmu.
Bagai hari-hari ada siang juga ada malam, kau teguhkan imin di dalam jiwa. Kau insane lemah yang tak lepas dari godaan dan cobaan. Lari dan lepaskanlah segala im[pian akan indahnya hari depan. Kini kau berpijak di persimpangan tanpa arah pasti yang kau jelang. Kau tak akan pernah mengerti akan arti kehidupan yang pernah di janjikan. Kau nantikan kejujuran, kau harapkan kepastian hanya itu yang kini bias kau lakukan. “Matahari pagi pancarkanlah sinarmu agar aku bias merasakan kehangatanmu. Biarlah mimpi-mimpi buruk yang kemarin hilang di telan malam yang kelam. Biarlah aku pergi menyusuri jalan berliku walau harus tanpa cinta lagi.” Ingin kau lupakan cinta, tapi mengapa kau tak kuasa. Ingin engkau menghidari bayanganmu, tapi mengapa selalu datang saja. “Aku memanggilmu dimanakah kamu. Aku sebut namamu ku cari dirimu yang ku temui bayanganmu menghilang.” Menanti kau terus menanti. “Aku menjadikan diri satu kenangan paling hitam yang tak mungkin aku lupakan walau dimana kau berada.” Pemikiran yang sering bertentangan menjadikan hidup tak sehaluan jalan yang akhirnya adalah perpisahan yang akan dapat memberimu suatu kesan yang dalam. Sementara kau bersama do’a - do’a yang tak henti dan kau masih tetap setia pada janji. “Penantianku abadi.”
Panasnya matahari membakar hari, di dinding nuranimu teriknya semakin kau rasakan. Berjalan di tepi jalan kau ikuti langkah kakimu, kau lawan dahaga yang pahitnya semakin kau rasakan. Langkah semakin hilang jejak di hembus angin duka kini yang tinggal hanya samar bayangan saja. Dan kini tinggal hati yang merindu dan sedih membasahi bumi hatimu. Kini kau berjalan di tengah panasnya terik matahari, kau berdiri di jalanan yang sunyi. Dan aku lihat langitpun semakin merah, semakin terang sepertinya tersenyum menyimpan misteri ini.
Senin, 19 Oktober 2009
HALUSINASI 2
Oleh Saryanto
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Write komentar