Kamis, 26 September 2019

Albu KU

 






Jumat, 02 November 2012

Daftar Link Teman ICT SPARTIKA

 
SMP Kartika II-2      : http://smp-kartikaii2bdl.blogspot.com

Tutorial membuat Blog : http://www.bloggerbugis.com

Akbar Zudane          : http://akbarzudane.blogspot.com
Raden Sukma Jaya     : http://radensukmajaya.blogspot.com
Endi Pratama         : http://pratamaendi.blogspot.com
Renaldo              : http://haricucitangan.blogspot.com
Bambang Hardiyanto   : http://hardiyantobambang.blogspot.com
Doni Arya         : http://doniarya.blogspot.com
Alen Aldozari        : http://alenaldonozari.blogspot.com
M Rizki Ara zesto    : http://arazesto1999.blogspot.com
Gilang Ahmad Fahrezi : http://gilangahmadfahrezi.blogspot.com
Ari Wijaya           : http://ariwijayaari.blogspot.com
Ardela               : http://hotolahraga.blogspot.com
Chalvin              : http://chalvin1999.blogspot.com
Gilang Perdin         : http://hydroponikgilang.blogspot.com
Rigos Tampati         : http://spartika01.blogspot.com
Arya Alim wijaya     : http://aryaalimwijaya.blogspot.com
Rosi Ade Febriyan    : http://rosiad.blogspot.com
M. Okta Suciarto     : http://lampungcomunitty.blogspot.com

Senin, 07 Mei 2012

Aneka Photo 2012

 

Tunas Kelapa

Minggu, 06 Mei 2012

Bandarlampung

 
Kota bandarlampung Tapis Berseri adalah kota yang di anugerahi Paila Adipura tapi kapann ya ddapet adipeura lagi

Selasa, 24 November 2009

Musik Untuk Perkembangan Otak

 

Saryanto, S. Sn.
Guru Seni Musik SMP Kartika II-2 Bandar Lampung


MUSIK adalah musik. Musik dan otak kalau kita lihat keduanya memang sama sekali tidak saling berkaitan. Tapi untuk membuat sebuah karya musik sangat di perlukan tingkat intelektual yang lebih dari seorang komposer. Mengapa musik sangat di butuhkan bagi perkembangan otak manusia? Dan apa hubungan dari keduanya? Ada penelitian yang di lakukan oleh para ilmuwan dan implikasi yang di peroleh dari penelitian yang di lakukan akhir-akhir ini menyebutkan bahwa musik lebih penting dari disiplin yang lain seperti yang orang pikirkan selama ini. Misalnya artikel tentang pendidikan musik dengan judul “Rangsangan Musik Terhadap Perkembangan Otak”. Ini tentu bukan hal yang asing lagi untuk kita karena telah lama dibedakan antara perilaku pendidikan musik dengan perilaku neurosains yaitu bidang yang berurusan dengan otak dan perilaku. DR. Djohan Salim, M. Hum. dosen Jurusan Musik, Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan seorang Psikolog musik dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Musik” menyebutkan implikasi yang lain yang mengejutkan adalah bahwa seseorang dapat “berkembang”, misalnya meningkatkan bagian otak tertentu dengan latihan musik atau membentuk otak yang berhubungan dengan apa yang hendak di lakukan. Latihan musik secara motorik yang benar akan menjadikan orang mudah mengikutsertakan sel-sel otak untuk bekerja bersama secara lebih efisien. Sebaliknya kalau terlalu banyak latihan dan tanpa keteraturan mungkin akan berbahaya bagi otak.

Ada pernyataan dari salah satu artikel mengenai hubungan otak dan musik, dengan maksud untuk memberi dorongan pada para guru musik yang kurang berlatih musik untuk berusaha mengkreasi aktivitas musik dalam ruangan kelas, atau kepada orang tua yang anak-anaknya kurang terlatih/berlatih musik atau belajar musik untuk berusaha mengkreasi aktivitas musik dalam lingkungan keluarganya atau masyarakat yang lebih luas. Seperti ungkapan Carles Robert Darwin seorang tokoh yang di kenal sebagai pencipta teori Revolusioner dan teorinya ini di anggap sebagai komponen integral dari biologi yang jenius di akhir karir kreatifnya ia percaya bahwa intelektualnya akan lebih di untungkan dengan keterlibatan yang lebih banyak melalui musik. Apapun efek yang akan terjadi pada Darwin ini sebuah warisan yang tak ternilai dari manusia yang percaya bahwa musik penting dalam kaitannya dengan fungsi otak manusia.
Anak yang belum terlatih atau belajar musik sebelum usia 11 tahun ini bukan merupakan bentuk keterpurukan atau sebuah bencana baginya, mungkin ia hanya akan menjadi tuna atau buta nada. Ada dua hal secara definitif agar sirkuit saraf dapat menerima rangsangan secara maksimal sesuai dengan perkembangan otaknya. Yang pertama adalah perlu di pertimbangkan agar sedini mungkin mulai melakukan aktivitas musik termasuk dalam pendidikan di sekolah atau permainan (sebaiknya di lakukan sebelum anak berusia 11 tahun). Sebenarnya bayi yang masih dalam kandungan sudah memiliki kemampuan musikalitas. Hal ini telah di buktikan bahwa penundaan melakukan aktivitas musik akan memberi pengaruh terhadap penguasaan kompetensi musik yang telah di miliki anak pada tahap perkembangan. Anak sebelum duduk di bangku sekolahpun secara alamiah telah menunjukkan ketertarikan terhadap musik dalam banyak proses kognitif. Kenyataan ini akan menunjang proses pemahaman anak terhadap musik secara logika dan perilaku. Yang ke dua adalah apakah anak akan memperoleh keuntungan secara musikal bila di ajar oleh guru kelasnya jika di banding dengan guru musik khusus? Jawababnya adalah “ya”. Memang kebanyakan anak yang belajar musik di perkenalkan dengan aktivitas musik seperti bernyanyi atau menggunakan instrumen musik ritmis (perkusi). Memang benar bahwa guru musik yang terlatih dapat membantu anak meraih tingkat prestasi yang lebih tinggi. Tapi hal ini tidak mengurangi pengaruh penting dari guru kelas. Hasil dari beberapa penelitian terakhir menyebutkan bahwa anak pra-sekolah belajar dengan baik tentang musik dan perhatiannya akan meningkat bila pelajaran musik di berikan oleh guru kelas. Oleh sebab itu para guru yang mengajar di kelas memiliki kewajiban untuk dapat mendorong atau meningkatkan kegiatan musik di dalam kelas.

Banyak pembuktian tentang kemampuan pengembangan saraf otak manusia secara maksimal berasal dari penelitian terhadap anak di bawah usia belasan tahun. Perlu kita ketahui bahwa sebagian besar dari populasi manusia berada dalam posisi non-musik. Namun demikian selalu ada pilihan. Misalnya seseorang yang berusia 21 tahun ingin belajar musik dan bermain alat musik. Mungkin semua anak yang berusia lewat belasan tahun ketika pertama kali menunjukkan ketertarikannya terhadap musik atau bernyanyi akan merasa kecil hati atau minder.
Bila ada pertanyaan tentang musik, apakah kita dapat mencari jawaban hanya dengan bertanya pada seseorang dan merenungkan apa yang kita ketahui? Misalnya bila kita ingin mengetahui sebarapa tingkat musikalitas seseorang, tentu kita tidak bisa dengan hanya menghitung berapa banyak orang atau anak yang belajar memainkan alat musik. Bila kita ingin tahu mengapa pemain gitar profesional mulai dengan pencarian yang sulit, sementara guru gitar hanya perlu menjelaskan teknik yang benar dan memberi koreksi perbaikan.

Alasan utamanya adalah karena bertanya pada pengalaman musikal sendiri tidaklah cukup untuk menjawab semua pertanyaan itu adalah kita benar-benar tidak tahu. Banyak pengalaman yang kita hadapi tidak benar-benar berhubungan langsung dengan pemikiran kita. Secara singkat otak kita di atur untuk digunakan semaksimal mungkin tetapi penggunaannya yang paling banyak adalah berdasarkan pengalaman.
Setiap orang memiliki ratusan otot di seluruh tubuhnya yang secara terus menerus mengirim informasi ke otak dangan tepat pada sejumlah jangkauan atau kontraksi yang terjadi setiap saat. Ingatan adalah sebuah kemampuan mental seseorang sebagai aspek akal yang berbeda. Orang merekam semua yang masuk ke dalam otaknya melalui salah satu dari panca indera. Apa yang di lihat, di cium, di dengar, di sentuh dan di rasakan seseorang di rekam oleh ingatan agar tetap ada sepanjang hidupnya. Begitu juga dengan musik yang di dengarnya. Sekali orang mendengar musik yang menakjubkan maka akan terekam dalam ingatan jangka panjang.

Sistem auditori seseorang dapat mengorganisasikan aliran suara ke dalam persepsi khusus yang di alami secara sadar. Sehingga orang dapat mempersepsikan suara semua instrumen musik. Contohnya sistem auditori secara otomatis akan membawa rangsangan suara hiruk pikuk menyentuh gendang telinga yang di alami sebagai sebuah musik. Hasil penelitian psikologi mengenai proses kognitif dari Deutsch (th.1982) menunjukkan bila pengulangan nada-nada dari dua pitch yang berbeda dihadirkan dalam tempo yang cepat, maka pendengar akan menerima dua garis melodi yang paralel. Hal itu karena otak manusia mengelompokkan nada-nada yang terdekat dengan pitch dan menerima.

Secara otomatis pengelompokan nada-nada tersebut tanpa disadari juga mengambil porsi bagian-bagian musikal lainnya, seperti tempo, ritme, dinamik dan warna suara. Selain itu otak juga bertugas mengelompokkan suara serta cenderung menyatukan secara bersama karena berhubungan dengan ruang di dalam otak manusia. Ini sama dengan posisi instrument sejenis yang berkelompok dalam orchestra. Dari hasil penelitian psikologi musik di ketahui banyak pengetahuan tentang musik yang diperoleh seseorang secara tanpa di sadari.

Ada dua hal yang perlu disampaikan mengenai perkembangan otak manusia. Pertama otak dapat memberi tahu bagaimana cara kerjanya, apa yang terjadi di dalam otak untuk membuat proses kesadaran dan ketidak sadaran dalam musik, baik saat mendengar, mencipta ataupun mempertunjukkannya. Kedua mungkin yang lebih penting adalah bahwa otak dapat memberi tahu kapabilitas musikal seseorang, walau ia tidak muncul kepermukaan dalam perilaku dan kesadaran. Mengapa ini penting? Karena untuk memahami potensi dan pentingnya musik dalam kehidupan manusia. Tugas yang utama adalah kita harus lebih dulu tahu kemampuan manusia. Kepercayaan yang menyatakan bahwa sebagian dari seseorang adalah musikal atau lahir dengan bakat berupa bongkahan musikal yang penting serta di peruntukkan ketika seseorang belajar memainkan alat musik.

MAHARANI

 
Saryanto, S. Sn.
Guru Seni Musik SMP Kartika II-2 Bandar Lampung


Dalam suasana cerahnya pagi tampak seraut wajah cantik dari balik jendela kamar, sosok seorang gadis yang sepertinya baru bangun dari tidur semalam. Perlahan tapi pasti si gadispun mulai bangkit berdiri dan mengayunkan langkahnya menuju pintu jendela dan perlahan ia membuka tirai jendela dan menatap ke arah datangnya sang fajar seolah dia menyambut datangnya cerahnya surya pagi. Adalah Maharani si pemilik paras rupawan itu. Memang oleh Sang Maha Pencipta Maharani di anugrahi paras yang cantik dan indah alami. Matanya yang bening dan indah akan membuat semua insan terpana di buatnya. Yang aku tahu Maharani adalah sosok gadis yang penuh canda, lincah dan selalu menebar senyum pada siapa saja yang di jumpai. Indahnya bulan purnama mungkin tidak seindah senyum yang tersungging dari bibirnya yang mungil. Teduhnya taman bunga mungkin tiada seteduh sinar matanya yang sayu nan perdu. Sosok gadis seperti Maharani adalah sosok gadis yang mungkin kata orang gadis yang serba sederhana tapi bagiku dia gadis yang cukup sempurna. Di mata orang dia adalah gadis yang biasa tapi di mataku dia adalah gadis yang istimewa. Mungkin kata-kata itu terlalu berlebihan, tapi memang itu kenyataan yang ada. Tapi akhir-akhir ini aku merasa Rani selalu hanyut ke dalam kegelisahan, kesedihan serta di rundung nestapa yang aku sendiri tak tahu apa penyebabnya. Semilir sang bayu yang lembut menyapamu seolah dia bertanya, mengapa sunyi hatimu tampak pilu? Seakan terkurung di lembah seribu sinar matamu berselimut kabut. Enggan mengatakan namun hanya beban sejuta penderitaan yang tak akan berakhir walau sampai ujung jaman. Sering aku perhatikan Rani duduk termangu. Matanya yang bening dan indah memandang kosong dan seakan tak berjiwa lagi. Malam yang sepi dan tak berteman ia lewatkan dengan hanya merenung sendiri. Aku yang peduli denganmu mencoba menghampirinya dan menanyakan apa yang sebenarnya sedang menimpa dirinya. Bukan jawaban yang aku dapat namun hanya linangan air mata yang membasahi keindahan kedua matanya. Di ujung malam yang sepi Rani, begitu sapaan akrab Maharani, terpaku merenungi kegagalan kehidupan cintanya. Kemana Rani harus mencari kekasihnya yang telah pergi? Siang- malam tiada henti seakan semua semakin menyiksamu. Cinta dalam hidup Rani kini seakan mati entah kemana. “Tuhan tunjukkanlah jalan agar semua kegagalan hidup dan cintanya biar berlalu dari hidupnya” begitu doa yang selalu aku panjatkan untuknya.
Kini hanya ada sejuta kebimbangan yang terlihat dari pancaran matanya yang bening, yang seakan tiada mampu untuk di ucapkan. Engkau adalah korban keangkuhan dari seorang manusia yang tak peduli dengan kehadiranmu. Sendiri sepi sendiri kini kau melangkah menyusuri kehidupan ini. Di antara gundah dalam dada kau telusuri jejak sang waktu. Tiada belai yang menyertaimu dan tiada tempat untuk mengadu. Kau insan malang yang sendirian menjilat malam. Engkaupun tak tahu siapa orang tuamu. Mungkin ini semua karena takdir yang tak pernah berakhir.
Dalam kegelisahan hati Rani diam sendiri merenungi yang telah terjadi. Kisah lama terus membayangi tampak nyata dalam lensa matanya. Walau kau pejam namun semua tetap terbayang bagai di dalam layar, semua jelas tergambar. Kini akan kemana harus kau hilangkan, rasa sesal terus membelenggu yang kian hari semakin menyiksamu. Semakin kau resapi akan semakin terasa pedih menusuk kalbumu. Kehidupan cintamu kini masih terbelenggu dalam suasana kelam. Dosa-dosa yang pernah ada tak kau sadari terjadinya, kini hanya sesal adanya membelit didalam dada. Noda-noda yang masih ada terus membayangi cintamu, berat terasa menekan jiwa tak mampu kau berdiri. Sejenak kembali aku bertanya, namun kembali keindahan matanya di basahi oleh beningnya tetesan air mata dan sambil berlinang air mata ia berkata, ”Yang aku inginkan adalah kasihnya bapak, di mana sembunyi? Yang aku inginkan adalah sayangnya ibu, kemana harus kucari? Dan aku juga menginginkan cintanya seorang kekasih, dimana?” Kemanapun kakimu melangkah hanya gelap yang selalu mengiringimu. Kini suara hatiku memacu langkahku untuk menggapaimu. “Dengarlah wahai gadis yang cantik, aku padamu sangatlah tertarik. Dari seberang aku datang hanyalah untukmu”. Dalam kegundahan hati yang dalam Rani berkata,” Jauh-jauhlah, jauhilah aku, mau-mau kau mau apa mendekati aku”. Aku coba untuk meyakinkan dan menghibur kegundahan hatinya dan berkata,” Janganlah marah, hai tersenyumlah, aku datang dari negeri timur, aku dengar di sini ada seorang putri sedang patah hati, apakah dirimu?” Kembali air matanya membasahi pipinya dan dangan jawaban yang lirih dan terbata ia berkata,” Ya…ya…ya…akulah, apakah engkau datang untuk aku? Akulah sekuntum bunga yang tiada bermadu lagi jelas tiada arti di hadapanmu. Aku laksana sumur tua yang tiada berair jangan kau menimba aku rasa percuma”. Dengan rasa iba yang mendalam aku kembali meyakinkan dan berkata,”Aku rela jadi hujan dalam kemarau hatimu agar bumi di hatimu basah kembali dan bersemi lagi”. Ijinkanlah cintaku berbunga di hatimu, biarkan terus mekar dan jadi kenyataan. Aku coba merenungi tentang semua jalan hidupmu dan menyimak sebuah arti kehidupan. Dalam hati aku selalu bertanya, adakah kasih suci dalam cinta? Adakah cintamu? Jauh di keheningan malam aku coba merenungi tentang jalan hidupmu. Kau bagaikan seberkas cahaya walau jarak dan waktuku membatasi gejolak dalam jiwaku. Biarkanlah cintamu bersemi lagi untuk menghalau gelapnya kehidupanmu. Biarkanlah semua bangkitkan kembali gairah cinta dan harapanmu. Aku tak ingin semua terulang kembali ke masa lalu yang penuh duka dan berliku. Walaupun perih dalam dada namun janganlah membuat kau tenggelam ke masa silam. Pandangilah diri ini sebagai tanda rela diri, berikanlah harapan dan kesempatan. Kini di sana aku temukan sebuah bukit yang terbuka dengan seribu cemara yang halus mendesah serta sebatang sungai yang membelah huma yang cerah. Lihatlah bunga-bunga di taman yang sedang berkembang menghiasi cinta yang indah. Di atas puncak pegunungan, di antara hijau dedaunan, di situ telah kau temukan arti hidup dan kehidupan. Di dalam keremangan malam, di saat rembulan bersinar, akan kau tuangkan semua itu dalam lembaran kehidupanmu yang baru. Kini rumpun bambu bergoyang gemersik dan melambai seakan memberikan ucapan selamat jalan pada derita jiwa. Kini di wajahmu aku melihat bulan yang pancarkan sinar terang. Ingin aku menyantuh dan aku sentuh walau tangan ini terasa lumpuh. Aku juga melihat di matamu ada mentari yang indah tiada terperi. Sekarang di bibirnya terlukis senyum yang yakin akan cerahnya masa depan. Matanya bersinar dalam kehidupan, mulutnya bergerak menyusun doa yang meluncur menembus himpitan sepi. Suryapun kini merekah pagi dan membuka tabir hari. Nampaknya kini tiada lagi yang harus diresahkan dan juga di gelisahkan, kecuali untuk di hayati secara syahdu bersama selamanya.

Senin, 02 November 2009

AKU DAN DUNIA

 

By : Saryanto, S. Sn.



Aku bertanya pada dunia, apakah sebenarnya makna kehidupan itu? Duniapun mengandaikan adanya manusia tempat makna itu bersandar, karena makna adalah untuk makhluk yang bernama manusia. Seandainya tak ada segelintir manusiapun pernah hidup di dunia yang semakin renta ini, maka dunia tetap akan memiliki karakter, sejarah, durasi, tatanan dan arah tetapi tidak memiliki makna. Ketika dunia ini tidak pernah di huni manusia dan sejarah serta durasi dunia ini mungkin akan tidak jelas namun masih tetap dipastikan keberadaannya. Kini aku bertanya pada dunia yang semakin poranda ini tentang apakah tujuan dan alasan manusia untuk menjalani kehidupan di dunia yang penuh keingkaran dan kemunafikan ini. Duniapun kembali bersenandung dan berandai-andai bahwa yang tertarik dengan kegundahanku ini bukan sembarang orang, tapi orang yang barang kali hidupnya memang punya makna tersendiri. Kegelisahanku yang kedua ini juga mengasumsikan adanya perbedaan antara diriku dengan kehidupan di dunia fana ini. Kegelisahanku berikutnya adalah kenapa aku menjadi bagian dari semesta ini. Aku akan mencoba menjawab kegelisahan-kegelisahanku tentang identitas dan eksistensiku pada kehidupan di dunia yang semakin gila dan konyol ini. Bagaimana aku bisa membedakan diriku dengan seluruh isi dunia yang lain termasuk pada binatang dan tumbuhan? Kalau aku belum tahu siapa aku sebenarnya, bagaimana mungkin aku tahu makna kehidupanku sendiri? Kalau aku meragukan siapa sebenarnya aku, apakah aku ini benar-benar eksis hidup di dunia ini? Sepertinya aku tak akan bisa menemukan makna dalam kehidupanku sendiri.

Memang kegelisahanku ini berisi dua sisi dan biasanya aku cenderung akan bertanya, bagaimana aku bisa yakin kalau aku benar-benar ada dan eksis di dunia? Sebab kegelisahanku ini juga berkaitan dengan makhluk Tuhan yang lain, seperti kelompok kera yang bergelantungan di pohon. Lalu bisakah aku bertanya tentang laut, tentang sungai serta tentang matahari yang terbenam di ufuk barat kepada setiap orang termasuk kepada diriku sendiri? Sampai di sini aku di hadapkan pada sebuah teka-teki. Aku akan selalu menegaskan dan tak akan pernah mengingkari nurani dan eksistensiku sendiri. Begitu juga dengan makhluk Tuhan yang lain seperti semut-semut yang sedang berbaris dan melagukan hymne bersama-sama. Kini aku tak perlu bersusah payah untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa aku adalah aku dan bukan orang lain. Meski aku telah begitu yakin tentang keberadaanku sendiri dalam semesta raya ini, aku akan kesulitan untuk menjelaskan kepada dunia bagaimana sampai aku begitu yakin pada eksistensiku.


Aku pernah berpikir jangan-jangan aku ini adalah orang lain? Masalah yang muncul adalah aku tidak dapat memastikan jawaban yang akan aku berikan kepada dunia yang maya ini, apakah aku ataukah bukan? Teka-teki logika ini bisa di kaitkan dengan kegundahanku yang lain, tapi dengan nada yang berbeda tentunya yaitu andai kata dunia yang semakin renta dan rapuh ini melahirkan diriku kembali apakah dengan begitu aku tetap akan jadi diriku lagi? Keresahan ini memang sangat membingungkan. Aku pikir keragu-raguan emosionalku yang menyangkut diriku dan semesta yang kadang kala di perparah oleh kerumitan yang muncul dari pikiranku sendiri. Dalam membicarakan hubungan antara siapa aku dengan menemukan makna kehidupan akan muncul kegundahan-kegundahan lain seperti kondisi psikologis yang menyebebkan aku mempertanyakan tentang diriku sendiri dengan kegelisahan tentang diriku sendiri dan dunia yang semakin poranda dan konyol ini. Kegelisahan-kegelisahanku ini aku kemukakan sebagai upaya mengekpresikan beberapa pandangan tentang dunia. Sekali lagi aku bertanya di dalam angan-anganku yang membisu, bagaimana aku tahu kalau aku ini memang ada? Bagaimana aku bisa tahu tentang siapa aku sebenarnya? Kini dunia belum berakhir untuk membahas pribadi macam apa aku ini, tapi hanya berkaitan dengan pribadi yang mana. Kegundahanku yang menyangkut tentang diri ini akan selalu muncul di dalam benak dan otakku.
Kini aku kembali bertanya pada bayu yang berhembus sepoi,”Angin siapakah aku ini”. Lalu aku akan bertanya tentang benda-benda dan binatang-binatang serta semua yang aku jumpai dengan cara yang sama. Saat ini aku bertanya pada birunya langit di angkasa tentang diriku sendiri. Apakah aku masih sama aku hari ini dengan aku yang kemarin? Jawabannya hanya bisa aku berikan ketika aku telah mengerti tentang makna kehidupan di dunia maya ini. Kini aku harus mengakui bahwa aku tidak tahu apakah aku adalah diri yang sama dengan yang kemarin? Lalu apa yang bisa aku katakan tentang diriku sendiri? Aku ingin mengatakan bahwa aku setiap waktu selalu tahu tentang siapa aku. Kini aku dapat membedakan diriku dengan diri orang lain. Aku tahu bahwa aku ini eksis di kehidupan dunia, bahwa aku juga menjadi bagian dari dunia yang penuh muslihat ini. Mungkin dari yang pernah aku lakukan kini yang tersisa hanya tinggal suatu bayangan mesteri. Kini aku ingin meraih lagi semua khayalku, semua harapanku serta semua mimpi-mimpiku yang tak pernah padam. Duniaku kini masih membentang luas bagai hamparan langit biru yang tak bertepi. Api jiwaku kini masih menyala dan membakar semangat hidupku. Aku ingin meraih lagi semua asaku yang masih tersisa. Duniaku kini telah berubah untuk meninggalkan masa-masa yang lalu, yang penuh dengan kepalsuan dan kemunafikan di mana-mana. Mungkin ada yang keberatan dengan keteranganku ini? Tolong berikan aku setitik kesempatan dan kepercayaan untuk mencari lagi jati diriku dan melangkah pasti demi masa depan. Sebebas merpati yang terbang tinggi kini anganku melayang jauh menembus awan hitam yang berarak. Angan-anganku kini kembali kemasa-masa lalu di saat dunia ini meninggalkan diriku. Akupun tak tahu jika badai telah musnahkan dunia cinta di saat aku di buai cinta.
Pertanyaanku berikutnya adalah, apakah arti semua ini? Apa makna keseluruhan ini? Kenapa semua ini ada dan kenapa hanya ini yang ada, bukan yang lain? Kegelisahan yang terakhir berhubungan dengan keraguan, bahkan dengan kekawatiran bahwa bagian alam semesta yang aku ketahui saat ini barang kali itu hanya bagian kecil dari suatu yang benar-benar berbeda. Jika memang demikian bagaimana mungkin aku bisa menemukan jawaban dan alasan bagi semuanya ini? Lebih jauh lagi meskinpun aku telah memutuskan bahwa aku mampu menjawab kegelisahanku dalam bentuk kegelisahan yang baru, tapi aku mesti terus mencari sesuatu yang dapat di anggap sebagai jawabanatas kegelisahanku yang baru tadi. Bila rentetan kegelisahanku di perpanjang akhirnya aku harus mengakui bahwa jawaban yang sebenarnya memang tidak bisa aku temukan karena aku tidak punya kemampuan untuk itu. Tapi yang paling penting di sini adalah aku mampu menemukan sedikit kejelasan bedasar atas semua yang di anggap sebagai jawaban. Pada dasarnya sangat bagus bila aku mampu menemukan jawaban atas segala bentuk kegelisahan dalam hidupku dan dunia. Seandainya aku mengerti kenapa aku bertanya, aku pasti tetap ingin tahu kemustahilan apa lagi yang bisa di anggap dan di jadikan sebagai jawaban atas semua kegelisahanku?

Anehnya ketika aku membicarakan makna kehidupan, orang sering kali mempersamakan antara keraguan tentang segala sesuatu dengan keraguan yang menyangkut tentang diri mereka sendiri. Bagi refleksi orang lain pertanyaanku mungkin berbunyi begini,” Untuk apa semua ini? “Kenapa aku di sini?” “ Apa arti semua ini?” Tapi aku yakin apa yang di maksud kegelisahan ini adalah apa arti semua buat aku? Kegelisahan semacam ini bukan saja bernada keraguan tentang adanya alam semesta ini, namun itu juga meragukan diriku yang berada dalam alam semesta itu sendiri. Kegelisahan ini melahirkan keraguan yang berikutnya. “Aku ini siapa?” Apa bedanya aku sebelum, ketika dan setelah menjadi aku? Karena aku menjadi bagian dari semesta ini lantas apa artinya aku menjadi bagian dari semesta ini? Mungkinkah aku dapat menemukan jawaban dari semua itu dengan cara melakukan refleksi tentang arti segala sesuatu bagi aku. Tampaknya ada dua kegelisahan yang besar dalam hati dan benakku. Satu menyangkut dunia fana ini dan yang lain menyangkut diriku sendiri. Pertama, kenapa semesta ini ada? Kenapa dunia ini ada ketimbang tiada? Kedua adalah kenapa aku ini ada? Apakah dengan adanya aku ini demi tujuan-tujuan tertentu? Haruskah aku membedakan antara kegelisahan tentang dunia ini dengan kegelisahan tentang diriku sendiri? Jika aku memikirkan alam semesta ini dalam segala bentuknya, aku tentu akan mengandaikan bahwa hal yang terpenting dan terakhir dari dunia yang harus aku pahami adalah diriku sendiri. Mungkin ada yang menganggap hal ini aneh, karena menganggap aku yang berpikir sama pentingnya dengan apa yang aku pikirkan. Jika di pandang sekilas kita tentu tahu bahwa diri kita ini benar-benar ada. Aku memiliki kesadaran, aku telah di lahirkan ke dunia sampai sekarang masih tetap hidup. Akupun sering mengatakan kepada dunia, bahwa Tuhanlah yang menciptakan kita semua (aku dan dunia).
Terlapas dari peran orang tua yang telah melahirkan aku, memang ada beberapa alasan mengapa aku ada sebagai diriku sendiri dan bukan hasil dari perbuatan mereka berdua. Aku dapat mengetahui satu hal karena aku mampu melihat, mendengar, menyentuh, berimajinasi atau berpikir. Aku hanya akan bercerita tentang beberapa bagian isi dari dunia yang ada ini. Dunia yang ada adalah alam dan semua isinya. Sebab hanya
itu yang aku serap dari pikiranku sedang diriku termasuk ke dalamnya. Untuk mengerti tentang dunia ini aku harus membedakan antaara dunia dengan diriku.
Yang Maha Agung kini bertahta di matahari. Dingin malam menyesak memenuhi udara. Imajinasi melayang terbang tentang Sang Penanya Agung” Apa yang akan dia tanya dan pertanyaan apa yang mampu aku jawab dengan percaya diri. Apakah Tuhan memerlukan kerja sehari-hari? Cahayapun menggeleng. Dengan kepala tertunduk aku bertanya kepada semesta, siapa yang melahirkan ibu? Semestapun tersipu malu ketika aku mendengar laut menyahut dan bersaksi atas kegelisahan yang aku hadapi namun ia tak berdaya untuk bicara. Dan kini aku bertanya kepada laut, siapa yang melahirkan engkau? Lautpun menggelora tapi mendadak kerontang sebelum selesai menyebut sebuah nama. Apakah yang sebenarnya di kehendaki Tuhan dari segala keraguan dan kegelisahanku ini? Kemudian aku menyatakan bahwa inilah yang sebenarnya inti dari yang ingin aku suarakan ke penjuru dunia. Akan aku bentang layar dunia untuk mencari jawaban atas semua kegelisahan dan keraguanku tentang siapakah aku.
Jika aku mengemukakan keraguanku ini pada diriku sendiri, apakah aku bisa menjawabnya dengan mengatakan aku telah melihat dan mendengar dunia yang sedang bersenandung serta membanggakan semua keindahannya. Seperti burung merak yang sedang sibuk berhias diri walau tanp peduli pada srigala yang meraung menahan lapar. Aku tidak bisa mengungkapkan tentang bagaimana aku bisa tahu kalau aku melihat, mendengar atau mengingat diriku sendiri dan dunia yang sedang berbenah diri dari segala kemunafikannya. Aku juga tidak bisa mengutarakan bagaimana aku bisa tahu bahwa yang melihat, mendengar dan mengingat semesta ini adalah diriku sendiri. Ada sesuatu yang tidak bisa aku ragukan dalam diriku yaitu meskipun aku telah berubah menjadi sebuah nama, aku tetap harus mengatakan bahwa aku telah melihat, mendengar dan mengingat tentang segala kerakusan dunia. Aku memang dapat berubah dan di anggap orang sebagai orang lain, tapi mereka akan selalu salah karena aku adalah diriku sendiri bukan orang lain.
Jika memang harus di buat pilihan maka setiap hal harus di posisikan bersebelahan artinya hanya ada satu diriku yang sebenarnya dan hanya satu dunia yang nyata. Dunia yang sebenar-benarnya dunia, bukan dunia yang penuh dengan kelicikan, keangkuhan, kerakusan dan kesombongan. Dunia yang menjadi milik kita tempat di mana barang kali kita temukan segudang nestapa atau setumpuk kebahagiaan. Aku dan dunia ini memang benar-benar ada karena Tuhanlah yang menciptakan dan Dialah yang akan memelihara dan menjaganya.
Hidup di dunia ini memang bagai sandiwara yang tak pernah berakhir cerita dan kisahnya. Manusia menjadi dalang dalam kehidupannya sendiri. Hidup memang penuh dengan kenyataan baik kenyataan manis maupun getir, tapi aku tidak boleh putus harapan dalam menyusuri liku dunia. Dunia ini memang sebuah tanda tanya besar yang menimbulkan keraguan serta kegelisahan dalam diri manusia termasuk juga aku. Siapakah dunia ini sebenarnya? Bagaimana dunia ini sebenarnya? Memang kedua pertanyaan harus aku pikirkan jawabannya dengan cara memerankan sandiwara yang tak pernah berujung jalan ceritanya ini serta dengan mencari di manakah makna kehidup ini sebenarnya dalam menjalankan peranku di dunia ini.sendiri.
Hidup adalah sebuah pilihan. Memikirkan hidup merupakan langkah awal menuju kehidupan yang lebih baik. Karena itu mencari dan memilih kehidupan merupakan sesuatu hal yang fundamental dalam hidupku. Pilihan merupakan sesuatu yang sifatnya dikotomis. Karena itu kita hidup di hadapkan pada dua hal yaitu menuai sengsara atau menikmati kebahagiaan. Untuk mencapai hidup yang bermakna dan berkualitas tidak akan pernah terwujud tanpa melakukan pemikiran tentang apa sebenarnya makna hidup itu. Kini aku bertanya, untuk apa aku hidup dan bagaimana kehidupanku selanjutnya? Apakah hidupku ini sudah bermakna? Apakah aku telah kehilangan pegangan dan kendali? Kini aku harus berpikir ulang untuk apa aku hidup, tujuan apa yang akan aku capai, akan seperti apa hidupku nantinya? Kekawatiranku yang selama ini akan segera terjawab melalui pemikiran dari diriku sendirilah yang akan menentukan pilihan, apakah hidup ini akan bermakna atau tidak.